Jenis Vaksin Covid 19
Pada 18 September 2021, Badan Pengawasan Obat dan Makanan atau BPOM
kembali merilis izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA)
untuk dua jenis vaksin Covid-19 di Indonesia.
Dengan demikian, ada tambahan dua jenis vaksin
sehingga total ada 9 jenis vaksin Covid-19 di Indonesia yang telah mendapat EUA
dari BPOM. BPOM menegaskan bahwa semua jenis vaksin Covid-19 yang
mendapat EUA telah melalui pengkajian yang intensif terhadap keamanan, khasiat,
dan juga mutunya.
“Badan POM selalu berkolaborasi bersama para
pakar dalam memastikan pemenuhan standar keamanan, khasiat, dan mutu vaksin.
Kami melibatkan para pakar di bidang farmakologi, imunologi, klinisi, apoteker,
epidemiologi, virologi, dan biomedik yang tergabung dalam tim Komite Nasional
Penilai Khusus Vaksin Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), Indonesia Technical
Advisory Group on Immunization (ITAGI), serta asosiasi klinisi terkait,” ujar
Kepala BPOM Penny K. Lukito.
Berikut adalah 9 jenis vaksin Covid-19 yang telah mendapat EUA dari BPOM:
1.
Sinovac
Vaksin Sinovac adalah vaksin Covid-19 pertama
di Indonesia yang mendapat izin penggunaan darurat dari BPOM. EUA diterbitkan
oleh BPOM pada hari Senin, 11 Januari 2021. Izin penggunaan darurat
terhadap Sinovac diberikan setelah BPOM mengkaji hasil uji klinis tahap III
vaksin yang dilakukan di Bandung. BPOM juga mengkaji hasil uji klinis vaksin
Sinovac yang dilakukan di Turki dan Brasil. Dari hasil analisis terhadap
uji klinis fase III di Bandung menunjukkan efikasi vaksin Covid-19 Sinovac
sebesar 65,3 persen. Vaksin yang dikembangkan oleh Sinovac Research and
Development Co.,Ltd ini diberikan dua dosis.
Jumlah setiap dosisnya 0,5 ml, dengan
interval minimal pemberian antar dosis adalah selama 28 hari. Mengutip
berita Kompas.com pada 16 Juli 2021, efek samping vaksin Sinovac menurut BPOM
antara lain: nyeri, iritasi, pembengkakan, nyeri otot, dan demam. Adapun
efek samping vaksin Sinovac dengan derajat berat seperti sakit kepala, gangguan
di kulit atau diare yang dilaporkan hanya sekitar 0,1 sampai dengan 1 persen.
2. Vaksin
Covid-19 Bio Farma
Satu bulan kemudian,
tepatnya pada 16 Februari 2021, BPOM kembali mengeluarkan EUA untuk vaksin
Covid-19 yang diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero). Vaksin dengan nama produk
vaksin Covid-19 itu memiliki nomor izin penggunaan EUA 2102907543A1.
Vaksin yang diproduksi oleh PT Bio Farma ini berasal dari bahan baku vaksin
yang secara bertahap telah dikirimkan oleh Sinovac. Vaksin ini memiliki bentuk
sediaan vial 5 ml. Setiap vial berisi 10 dosis vaksin yang berasal dari virus
yang di-inaktivasi. Untuk menjaga mutu dan kualitasnya, vaksin Covid-19
ini harus disimpan dalam tempat penyimpanan dengan suhu stabil antara 2-8
derajat celsius. Pada setiap vial telah dilengkapi dengan dua dimensi barcode
khusus yang menunjukan detail informasi dari setiap vial. Hal itu berfungsi
untuk melacak vaksin dan mencegah pemalsuan vaksin.
3.
AstraZeneca
Hanya berselang beberapa
hari, BPOM kemudian kembali mengeluarkan EUA untuk vaksin Covid-19 buatan
perusahaan farmasi Inggris, AstraZeneca, pada 22 Februari 2021 dengan nomor EUA
2158100143A1. BPOM memberikan izin penggunaan darurat untuk AstraZeneca
usai melakukan evaluasi bersama Komite Nasional Penilai Obat dan pihak lainnya.
Vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan University of Oxford ini
memiliki efikasi sebesar 62,1 persen.
Vaksin ini diberikan secara intramuskular dengan
dua kali penyuntikan. Setiap penyuntikan dosis yang diberikan sebesar 0,5
persen dengan interval minimal pemberian antar dosis yaitu 12 minggu.
Efek samping vaksin Astrazeneca bersifat ringan dan sedang. Berikut efek
samping vaksin AstraZeneca: nyeri, kemerahan, gatal, pembengkakan, kelelahan,
sakit kepala, meriang, dan mual.
4.
Sinopharm
Pada 29 April 2021,
BPOM mengeluarkan EUA untuk vaksin Covid-19 Sinopharm dengan nomor EUA
2159000143A2. Vaksin Sinopharm didistribusikan oleh PT.Kimia Farma dengan
platform inactivated virus atau virus yang dimatikan. Berdasarkan hasil
evaluasi, pemberian vaksin sinopharm dua dosis dengan selang pemberian 21 hari
menujukkan profil keamanan yang dapat ditoleransi dengan baik. Hasil uji klinik
fase III yang dilakukan oleh peneliti di Uni Emirates Arab (UAE) dengan subjek
sekitar 42 ribu menunjukan efikasi vaksin Sinopharm sebesar 78
persen. Efek samping vaksin Sinopharm yang banyak dijumpai adalah
efek samping lokal yang ringan. Di antaranya seperti berikut: nyeri atau
kemerahan di tempat suntikan, efek samping sistemik berupa sakit kepala, nyeri
otot, kelelahan, diare, dan batuk.
5. Moderna
Vaksin Covid-19
Moderna mendapat EUA dari BPOM pada Jumat, 2 Juli 2021. Berdasarkan data uji
klinis fase ketiga menunjukkan efikasi vaksin Moderna sebesar 94,1 persen pada
kelompok usia 18-65 tahun. Efikasi vaksin Moderna kemudian menurun
menjadi 86,4 persen untuk usia di atas 65 tahun. Hasil uji klinis juga menyatakan
vaksin Moderna aman untuk kelompok populasi masyarakat dengan komorbid atau
penyakit penyerta.
Komorbid yang dimaksud
yakni penyakit paru kronis, jantung, obesitas berat, diabetes, penyakit lever
hati, dan HIV.
Beberapa efek samping yang paling sering
dirasakan sebagai berikut: nyeri (di tempat suntikan), kelelahan, nyeri otot,
nyeri sendi, dan pusing. Sementara itu, potensi gejala umum atau moderat yang
muncul dapat berupa lemas, sakit kepala, menggigil, demam, dan mual.
6. Pfizer
Selang dua pekan
kemudian, BPOM kembali menerbitkan EUA untuk vaksin Covid-19 Pfizer pada 15
Juli 2021. Data uji klinik fase III menunjukkan efikasi vaksin yang
dikembangkan oleh Pfizer Inc. dan BioNTech ini sebesar 100 persen pada usia
remaja 12-15 tahun, kemudian menurun menjadi 95,5 persen pada usia 16 tahun ke
atas. Beberapa kajian menunjukkan keamanan vaksin Pfizer ini dapat
ditoleransi pada semua kelompok usia. Vaksin Pfizer diberikan secara
intramuskular dengan dua kali penyuntikan. Setiap penyuntikan dosis yang
diberikan sebesar 0,3 ml dengan interval minimal pemberian antar dosis yaitu
21-28 hari. Untuk efek samping pasca-vaksinasi, sebagian besar cenderung
bersifat ringan. Berikut beberapa efek samping vaksin Pfizer yang umum
dilaporkan: nyeri badan di tempat bekas suntikan, kelelahan, nyeri kepala,
nyeri otot, nyeri sendi, dan demam.
7.
Sputnik V
BPOM menerbitkan EUA
untuk vaksin Covid-19 Sputnik V. EUA diterbitkan oleh BPOM pada Selasa, 24
Agustus 2021. Vaksin Sputnik V digunakan untuk kelompok usia 18 tahun ke
atas. Vaksin ini diberikan secara injeksi intramuscular dengan dosis 0,5
mL untuk 2 kali penyuntikan dalam rentang waktu 3 minggu. Vaksin yang
dikembangkan oleh The Gamaleya National Center of Epidemiology and Microbiology
di Russia ini menggunakan platform Non-Replicating Viral Vector (Ad26-S dan
Ad5-S). Berdasarkan hasil kajian terkait dengan keamanannya, efek samping
dari penggunaan Sputnik v merupakan efek samping dengan tingkat keparahan
ringan atau sedang seperti flu yang ditandai dengan demam, menggigil, nyeri
sendi, nyeri otot, badan lemas, ketidaknyamanan, sakit kepala, hipertermia,
atau reaksi lokal pada lokasi injeksi. Sementara untuk efikasinya, data
uji klinik fase 3 menunjukkan vaksin Sputnik V memberikan efikasi sebesar 91,6
persen dengan rentang confidence interval 85,6 persen- 95,2 persen.
8. Janssen
Terbaru, BPOM
mengumumkan EUA terhadap vaksin Covid-19 yang diproduksi Johnson & Johnson,
yaitu Janssen Covid-19 Vaccine. Izin penggunaan darurat untuk vaksin Janssen
diumumkan BPOM pada 7 September 2021. Vaksin Janssen digunakan untuk
kelompok usia 18 tahun ke atas dengan pemberian sekali suntikan atau dosis
tunggal sebanyak 0,5 mL secara intramuscular. Janssen adalah vaksin yang
dikembangkan oleh Janssen Pharmaceutical Companies dengan platform
Non-Replicating Viral Vector menggunakan vector Adenovirus (Ad26). Dalam
hal efikasi, berdasarkan data interim studi klinik fase 3 pada 28 hari setelah
pelaksanaan vaksinasi, efikasi vaksin Janssen untuk mencegah semua gejala Covid-19
adalah sebesar 67,2 persen.
9.
Convidecia
EUA terhadap vaksin
Covid-19 yang diproduksi CanSino, yaitu Convidecia diumumkan bersamaan dengan
vaksin Janssen yaitu pada 7 September 2021. Vaksin Convidecia merupakan
vaksin yang dikembangkan oleh CanSino Biological Inc. dan Beijing Institute of
Biotechnology juga dengan platform Non-Replicating Viral Vector menggunakan
vector Adenovirus (Ad5). Sama seperti Janssen, vaksin Covid-19 Convidecia
juga digunakan untuk kelompok usia 18 tahun ke atas dengan pemberian sekali
suntikan atau dosis tunggal sebanyak 0,5 mL secara intramuscular. Efikasi
vaksin Convidecia untuk perlindungan pada semua gejala Covid-19 adalah sebesar
65,3 persen. Untuk perlindungan terhadap kasus Covid-19 berat, efikasi mencapai
90,1 persen. Dari hasil kajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
dari sisi keamanan, secara umum pemberian vaksin Convidecia dapat ditoleransi
dengan baik.